Krisis Ekonomi Turki, Presiden Erdogan serukan boikot produk AS
Presiden Turki, Recep Tayyip Erdogan mengatakan bahwa negaranya akan melakukan boikot untuk produk-produk elektronik buatan Amerika Serikat sebagai tindakan balasan atas Amerika Serikat yang membuat mata uang Lira berada dalam titik terendah dan mengancam krisis ekonomi Turki.
Lira telah kehilangan nilainya lebih dari 40% tahun ini dan jatuh ke titik rendah dengan 7,24 Lira Turki terhadap 1 US Dollar pada senin kemarin. Krisis ekonomi di Turki juga berakibat kepada pasar global. Pada hari selasa ini Lira berangsur pulih dengan diperdagangkan, 6.53 terhadap Dollar , membaik sekitar 5%.
Penguatan ini didukung dengan aksi Menteri Keuangan Turki yang meyakinkan para investor tentang kebijakan ekonomi Presiden Erdogan dan upayanya terhadapa kenaikan suku bunga dan inflasi yang mencapai dua digit.
Erdogan mengatakan bahwa Turki adalah target dari perang ekonomi, dan telah berualang kali menyerukan kepada warga Turki yang memiliki Dollar maupun mata uang Euro untuk menjualnya guna mendukung kuatnya mata uang Nasional.
“Bersama dengan rakyat, kami akan bertahan dan menantang Dollar, harga forex dan juga suku bunga. Kami akan melindungi kemandirin ekonomi kami, dengan kebersamaan”. Kata Presiden Erdogan dalam sebuah pidato di depan anggota partai AK. “Kami akan memberlakukan boikot terhadap produk elektronik Amerika Serikat. Jika mereka memiliki iPhone, ada pilihan lain merk Samsung, dan kami juga memiliki merk sendiri Vestel” lanjutnya, mengacu kepada perusahaan elektronik Turki yang nilai sahamnya naik 5%.
Erdogan juga mengatakan bahwa pemerintahannya akan memberikan insentif kepada perusahaan yang akan melakukan investasi di Turki dan mengatakan bahwa perusahaan tidak boleh ditempatkan pada suatu kondisi yang penuh dengan ketidakpastian.
Jika kita menahan investasi kita, atau kita menukar mata uang kita karena bahaya ini, maka itu sama saja dengan memberikannya kepada musuh-musuh kita” lanjutnya.
Meskipun Lira sedang sedikit membaik pada hari selasa ini, para investor mengatakan bahwa langkah-langkah yang diambil oleh Bank Sentral pada hari senin kemarin terhadap masalah likuiditas dinilai gagal mengatasi akar masalah yang sebenarnya yang menjadi penyebab melemahnya nilai mata uang Lira.
Hubungan kedua negara memang sedang memanas dan turut mewarnai krisis ekonomi Turki. Sebelumnya Amerika Serikat telah menajtuhkan sangsi terhadap dua menteri Turki di persidangan atas tuduhan terorisme dari seorang pendeta evangelical di Turki, dan juga pekan lalu Washington telah menetapkan kenaikan tarif bea masuk atas logam dari Turki.
Sumber : Business Insider, 19 Agustus 2018
Baca juga : Rashida Tlaib, akan menjadi Perempuan Muslim Pertama di Kongres Amerika Serikat